Gaya Komunikasi di Balik Mother Wound: Apakah Ini yang Kamu Alami?

Pernahkah Anda kesulitan mengucapkan kata "tidak" kepada oranglain, atau selalu mencari penghargaan untuk merasa layak?
Kamu mungkin saja memegang luka yang tidak kelihatan, sering disebut sebagai mother wound.
Luka tersebut timbul akibat pola pengasuhan atau interaksi yang tidak sehat bersama sang ibu. Hal itu dapat memberi dampak pada kehidupan orang dewasa nanti, khususnya dalam hal komunikasi serta pembinaan relasi.
Akan tetapi, apakah sesungguhnya mother wound itu? Bagaimanakah caranya untuk mengenali hal tersebut?
Apa Itu Mother Wound?
Mother wound merupakan cedera pada aspek emosi seseorang akibat interaksi tidak sehat dengan sang ibu. Kondisi tersebut dapat timbul dari hal-hal ringan namun sering kali terjadi seperti komentar negatif secara berkelanjutan, harapan yang sangat besar, ataupun ketidakhadiran dukungan emosional.
Walaupun ibu mungkin tidak bermaksud menyakitimu, pengaruhnya masih dapat dirasakan hingga menjadi orang dewasa, menimbulkan dampak pada bagaimana kita berinteraksi, membentuk relasi, dan bahkan menciptakan pandangan tentang diri sendiri.
Indikasi yang Menunjukkan Kamu Sedang Menghadapi Masalah Mother Wound
Silakan periksa diri Anda melalui skenario di bawah ini:
1. Selalu Mencari Validasi
Mama berkata, "Kamu nggak akan melakukan apa-apa jika tidak diminta!" Respon Anda menjadi lebih bersemangat untuk menunjukkan kemampuan diri meskipun bertentangan dengan harapan Anda.
2. Takut Mengecewakan Orang
Ibu berucap, “Jika tidak menuruti, nanti ibu kecewa, loh." Tanggapan Anda: Sulit untuk menyampaikan kata "tidak", bahkan ketika permintaannya membuat anda harus mengorbankan kesenangan atau kenyamanan diri sendiri.
3. Perfeksionisme Berlebihan
Ibu mengatakan, "Lihatlah anak B, prestasinya luar biasa. Kapan kamu bisa seperti dia?" Jawaban Anda: Kamu selalu memaksa dirimu agar menjadi perfeksionis, seolah-olah ini adalah jalan satu-satunya untuk mendapat kasih sayang atau pujian.
4. Sulit Mengungkapkan Perasaan
Bunda berkata, "Kau terlalu berlebihan, cuma karena hal sepele sudah menangis!" Jawabanmu: Kau mulai mempelajari cara menyembunyikan perasaan dan khawatir akan dianggap lemah jika mengungkapkan apa yang sedas lagi dialami.
5. Menghindari Konflik
Ibu berucap: "Kamu jangan bikin alasan yang rumit. Coba ikuti saja!" Diam atau malah lari dari konflik adalah pilihan Anda, mungkin karena sudah biasanya pendapat Anda tak dihiraukan.
Dampaknya pada Kehidupan
Pengaruh dari luka ibu biasanya tak selalu nampak secara langsung, namun hal tersebut berdampak pada interaksi sosial serta cara seseorang dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, Anda mungkin sering kali berusaha untuk minta maaf walaupun sebenarnya tidak melakukan kesalahan, merasa khawatir ketika harus menemui perselisihan, atau selalu ingin mendapatkan pengakuan dari pihak lain.
Hal ini pun dapat berdampak pada keyakinan diri kamu saat membuat pilihan, sebab terdapat nada keragu-raguan yang senantiasa mencurigai kapabilitasmu.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut dalam hidup sehari-hari, cobalah terapkan beberapa langkah praktis ini:
Sadari Polanya
Tiap kali kamu mengalami rasa bersalah atau ragu untuk bilang "tidak", coba tanyakan kepada dirimu sendiri, “Adakah ini disebabkan oleh ketakutanmu menyakitkan hati orang lain atau memang karena kamu sungguh-sungguh mau mengerjakannya?”
Berlatih Komunikasi Asertif
Jika Bunda berucap: "Kamu wajib hadir di acara itu. Kok enggan?" Anda dapat membalasnya dengan, "Mohon maaf, Bu, saya tak bisa ikut karena telah memiliki agenda lain. Namun, saya sanggup membantu dalam persiapan acaranya."
Buat Batasan Sehat
Dimulai dari hal-hal sederhana, misalkan menyisihkan waktu khusus untuk diri Anda tanpa rasa bersalah. Sebagai contoh, apabila ibu memintakan bantuan yang tak terlalu penting, jelaskan dengan sopan bahwa Anda bisa mengerjakannya kemudian.
Jangan Takut Menunjukkan Emosi
Apabila sebelumnya Anda telah menutup perasaan, cobalah untuk mulai buka hati secara bertahap. Sebagai contoh, bila mengalami luka, ungkapkan dengan tulus, "Saya merasa hancur ketika Bunda berbicara begitu, karena saya membutuhkan dukungan."
Pertimbangkan Bantuan Profesional
Apabila cedera yang Anda alami sangat parah, terapi atau konsultasi mungkin perlu dilakukan untuk menangani emosi tersebut.
Mengenali adanya luka ibu bukan berarti mencari-culpa pada sang ibu, tetapi justru untuk mengerti sumber dari pola komunikasi yang tidak sehat. Lewat introspeksi pribadi serta transformasi secara bertahap, kita dapat meraih kemampuan dalam membentuk relasi yang lebih positif, entah itu dengan sesama atau pun dengan diri sendiri.
Apa kabar Anda? Sudah siapkah mengatasi trauma dari masa lalu dan membentuk cara berkomunikasi yang lebih baik?
Posting Komentar untuk "Gaya Komunikasi di Balik Mother Wound: Apakah Ini yang Kamu Alami?"