Mudik: Meski Lelah, Namun Ada Keajaiban Di Perjalanan

Telah 15 kali saya bersama suami dan buah hati pulang kampung untuk merayakan lebaran di tempat kelahiran suami. Tiap tahunnya, kami selalu menjalankan tradisi ini tanpa melewatkan satu pun kesempatan. Banyak kenangan indah tentang perjalanan mudik tersebut yang sudah terbentuk.

Terkadang, ketika sudah mendekati waktu pulang kampung, saya merasa jenuh. Sebab apa pun yang terjadi itu sama saja berulang-ulang. Mulai dari tahap persiapan, keramaian pada hari-H tersebut, sampai akhirnya kita kembali lagi ke tempat tinggal dengan membawa segepok pakaian kotor serta tubuh yang letih. Rasa jemu dan penat selalu melanda.

Pada hari-H pulang kampung, kita telah terjaga sekitar jam 3 pagi. Saya kemudian menghidupkan anak-anak satu persatu dan memberitahu mereka untuk bersih-bersihan serta melaksanakan shalat subuh. Selepas itu, kami menyiapkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk membawa pulang kampung. Kami mulai memasukkan setiap benda secara bertahap ke dalam mobil sewaan tersebut, melakukan pengecekan ulang berkali-kali, baru selanjutnya kami siap untuk meninggalkan rumah menuju tempat asal.

Jika memulai perjalanan sejak subuh dini hari, umumnya kita dapat menghindari macet. Tetapi, sesekali ada kalanya persiapan belum sempurna dan akhirnya hanya bisa start antara jam 08:00 lebih sedikit. Ketika situasi demikian terjadi, biasanya perjalanan pulang kampung menjadi tersendat oleh kemacetan lalu lintas.

Alhamdulillah sampai sekarang anak-anak kami tetap tenang selama pulang kampung. Walaupun terkadang tersendat, kami menyenangkan diri sendiri dengan beberapa metode seperti membicarakan lalu lintas yang padat, memainkan permainan tebak-tebakan, bernyanyi bersama-sama, makan cemilan, dan hal-hal serupa lainnya.

Setelah melakukan perjalanan selama sekitar tiga jam (asalkan tidak macet), akhirnya kita sampai di desa asal suami: Nganjuk. Sebab suami telah menjadi anak terlantar sebelum menikah, alasan utama kita pulang kampung adalah untuk mengunjungi rumah nenek suaminya. Dulu, saat sang nenek masih hidup, kita biasanya tinggal bersama mereka dalam beberapa hari (tetapi sekarang, kita langsung menuju ke rumah keluarga lainnya).

Kemudian kami mengunjungi keluarga kita di Nganjuk, berbaur dengan mereka pada saat perayaan besar. Selain itu, kami juga datang ke kediaman kakek-nenek istri yang terletak di Kediri (yang dekat dengan Nganjuk) serta bertemu kerabat-kerabat lainnya di sana. Ya, kunjungan ke Nganjuk dan Kediri selalu menjadi bagian tak terpisahkan!

Karena keluarga kita yang besar tersebar di Nganjuk dan Kediri, satu hari saja tidak akan cukup untuk mampir ke setiap tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, umumnya kita bermalam di sana. Terkadang kita tidur di rumah kerabat, atau kadang-kadang pula kita memilih untuk menginap di salah satu homestay lokal.

Sesudah semua tempat tinggal kerabat yang direncanakan untuk dikunjungi sudah kita datangi, kita lantas pulang ke rumah atau terkadang berhenti sebentar buat piknik di area Nganjuk atau Kediri sebelum akhirnya kembali ke rumah.

Iya, begitulah polanya saat mudik tiap tahun. Walaupun cerita selama perjalanannya beragam, pada dasarnya tetap sama. Kembali ke desa asal, bersua dengan keluarga dan hanya itu saja. Kemungkinan tidak ada sesuatu yang sangat menakjubkan karena rumah nenek si suami cukup dekat dengan tempat kita tinggal sekarang. Ditambah lagi, dalam satu tahun biasanya kita mengunjungi kampung halaman beberapa kali. Jadi, mudik menjelang lebaran kerapkali kurang memberikan kesan spesial bagi kami.

Meski begitu, bila dipertimbangkan lebih lanjut, pasti terdapat sesuatu yang spesial dari tiap perjalanan pulang kita. Sebab setiap kali melaksanakan mudik tersebut, kita biasanya mengunjungi mayoritas kerabat di desa asal. Terkadang, ada juga keluarga yang belum ketemu cukup lama sejak mereka merantau ke kota lainnya. Bahkan, ada beberapa yang hanya datang saat Lebaran saja karena menetap jauh di tempat lain. Setiap pertemuan itu membawa cerita unik masing-masing untuk diceritakan. Memang sih, hidup ini senantiasa bergerak dan berkembang, kan?

Mudik selalu memiliki momen spesialnya. Walaupun terkadang membuat jenuh, namun pasti ada keajaiban dalam perjalanan pulang kami, yang dapat memberikan perspektif baru atau menjadi pengalaman berharga dalam hidup.

Bagaimana dengan kamu semua? Ceritakan tentang pulang kampungmu! Berbagi dong!

Posting Komentar untuk "Mudik: Meski Lelah, Namun Ada Keajaiban Di Perjalanan"